PEDANGHITAM.COM.Pagi itu, seperti biasanya Vinsensia berjalan kaki menyusuri hutan. Sungai kecil bebatuan di hadangnya.
Sepatunya yang mulai kusut dilepas agar tidak licin. Diantara semak belukar dan ilalang, dia melewati jalan setapak yang licin setelah hutan turun.(20/5/2025)
Itulah rutinitas Vinsensia setiap pagi.
Perjuangan seorang guru honorer di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Guru sekolah dasar (SD) ini berjalan sejauh 6 km setiap pagi untuk mengajar. Butuh tiga jam perjalanan melintasi sungai dan hutam demi bisa mengajar murid-muridnya di SDK 064 Watubala.
Dia mengajar di sebuah kelas jarak jauh, bukan di sekolah utama. Muridnya tidak banyak, cuma delapan hingga 10 orang.
Sekolahnya juga sangat sederhana, hanya sebuah bangunan kecil berupa bedeng kayu.
Jika hujan turun, orang yang berlindung didalamnya akan kehujanan Kelas bedeng itu dibangun oleh para mahasiswa yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di dusun tersebut.
Dengan gaji Rp300.000 per bulan sebagai guru honorer bukan halangan bagi Vinsensia untuk datang mengajar Vinsensia Ervina Talluma adalah guru honorer yang mengajar di SDK 064 Watubala di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT.
Sejak menjadi guru honorer pada 5 Februari 2024, ia melakukan rutinitas itu setiap harinya.Di sekolah jarak jauh Wairbukang dari SDK 064 Watubala ini terdapat delapan siswa kelas satu yang belajar.
Sementara itu, untuk kelas 2-6 harus menempuh perjalanan 6 kilometer ke sekolah induk di SDK 064 Watubala di Desa Wairterang, Kecamatan Waigete.
Setiap pagi, Ervina berangkat ke sekolah pada pukul 06.30 WITA, agar sampai ke sekolah tepat waktu Di saat musim hujan, anak-anak diberi tugas dan belajar di rumah karena akses ke sekolah tidak bisa dilalui.
Meski Ervina hanya diberi gaji 300 ribu per bulan namun bukan halangan baginya.
Rinciannya yakni dari komite dibayar Rp150 per bulan dan dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp150 ribu sebulan.
Kondisi gaji 300 ribu per bulan ini, kata Ervina, tidak mencukupi biaya hidup sehari-hari.
Apalagi dirinya juga sudah berkeluarga.
Dengan kondisi gaji demikian, Ervina mencari alternatif pendapatan lain seperti berjualan sembako di rumah.
"Gajinya itu dari Komite dikasih dengan Rp150 ribu per bulan. Terus dari dana BOS dapat Rp150 ribu per bulan, jadi digabung Rp300 ribu," beber Ervina.
"Kalau kondisi seperti ini untuk kami yang sudah berkeluarga memang sangat tidak cukup.""Tapi mau bagaimana demi anak-anak, tugas kami tetap jalankan seperti biasanya," ujarnya
Sejak menjadi guru honorer, Ervina yang berlatar belakang guru pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) ini hanya punya satu komitmen hanya untuk mencerdaskan anak bangsa Ia mengaku belum mengetahui pemotongan anggaran untuk pendidikan di Kabupaten Sikka NTT.
Ervina hanya berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan kondisi sekolah jarak jauh Wairbukang dari SDK 064 Watubala, meliputi perbaikan gedung sekolah, alat tulis, dan akses jalan.